Jumat, 15 Juni 2012

dengan 4 wanita

Cerita seks dengan 4 wanita seksi ini merupakan sebuah cerita dewasa seks yang amat menggugah selera kejantanan pria, semua cerita dewasa yang pernah kuceritakan seakan-akan hilang artinya dengan cerita seks yang satu ini, coba bayangkan saja, 4 wanita seksi menggauliku berkali-kali, dan dari 4 wanita tersebut ga ada yang bertubuh dan bertampang jelek, semua cantik2 dan seksi2, hingga terkadang ketika aku mengingatnya kembali, atau mengingat cerita ini maka akan kembali hasratku untuk melakukan seks dengan mereka lagi, mungkin beberapa waktu lagi aku akan mencari mereka lagi untuk melakuakn cerita seks ini lagi bersama. Ok begini ceritanya…. 

Satt itu aku terbangun aku mendengar mbak Peggy bercerita riuh dengan lawan bicaranya di ponsel sambil duduk di meja rias kamarnya, dia atau mbak peggy ini adalah wanita yang bisa dibilang kesepian dan kaya, dia membutuhkan seks karena menurutku dia adalh seorang hiperseks yang membutuhkan seks untuk pemuas nafsunya, saat itu lirik jam di dinding kamar ini yang terlihat kabur jarumnya, menunjuk angka 9 dan 10. Berarti sampai mendekati hampir tengah malam aku telah beristirahat di kamar mbak Peggy. Bergerak mengangkat selimut aku bergeser ke kiri ke arah kamar mandi di dalam kamarnya sambil menoleh kiri kanan mencari celana dalamku. kutemukan tergeletak di dekat kursi kecil yang dipakai duduk Mbak Peggy, kubiarkan tubuhku berdiri meneruskan langkah kaki ke kamar mandi. Kuraih sabun mandi dan shampoo di wastafel, aku beranjak ke bathup di ujung kamar mandi. Kuputar keran panas dan dingin, kucari kombinasi air hangat yang bakal kupakai berendam. 

Ahg, memang air hangat tersebut serasa memijat kakiku, dan kubiarkan diriku perlahan-lahan terbenam hingga leherku. Dari celah pintu yang setengah tertutup itu aku mendengar mbak Peggy masih bercerita seru adegan ranjang yang dinikmatinya bersamaku tadi sore, selepas minum ramuan khasiatnya yang membangkitkan energiku sore tadi. Kubiarkan badanku menerima kehangatan air hangat keran kamar mandi sambil bersandar kupejamkan mata. 

Setelah lama tak terdengar lagi suara mbak Peggy, aku menghentikan usapan sabun di tubuhku dan berusaha berdiri mengarah ke pintu tempat handuk bergantung. Bersamaan dengan itu … Terdengar pintu kamar terbuka. Dari celah pintu kamar mandi, dari kaca rias di kamar aku melihat jelas pembantu mbak Peggy si Ririn masuk ke dalam sambil membawa kain bersih di nampan bersama teh hangat dan kue kecil bertumpuk di piring. 

Saat membersihkan tempat tidur, dari ujung seberangku hingga berputar mendekati kamar mandi, aku telah kering menyeka basah tubuhku, yang kulilit handuk sepinggang. Saat membungkuk membetulkan seprei tempat tidur sambil membelakangiku, perlahan aku keluar kamar mandi dan merangkulnya dari belakang. 

- Aih! – pekiknya kecil terkejut. 

Masih membungkuk, kuremas dada dan perutnya dalam pelukanku, kuarahkan dia menatap cermin meja rias, yang terlihat jelas belahan dadanya tersembul dibalik dasternya yang sedikit ketat. busana remaja sekarang memang sexy, membuatku senang menatap pemandangan indah di cermin. Ririn yang meronta berusha berdiri dan melepas tanganku mulai mengerutkan dahi tanda risih. 

- Nyonyamu mana sayang ? – tanyaku
- Errhh!! Keluar ke temannya, ada yang ingin bertemu degnannya di daerah mall.
- Uhhh!! Tolong lepaskan mas – pintanya memelas
- Hmm, terus teh ini untuk siapa Ririn ?
- Untuk mas, sesuai pesan nyonya tadi.
- Apa saja pesannya ? – sambil menggerayangi tubuh remajanya yang masih kencang ini, aku mengarahkannya ke arah meja rias.
- Untuk melayani mas sebelum nyonya datang. Aarhh!! 

Pekiknya saat tangan kiriku yang memgang perutnya mulai turun ke bawah.
Kuraih pangkal pahanya yang masih rapat tertutup pahanya, kuremas buah dadanya dari belakang, sambil kugesek gesekan pusakaku pada pantat atau punggungnya, sekenanya. tangannya berusaha menggapai tepian meja rias, kursi rias ataupun karpet bulu di kamar, berusaha menopang tubuhnya agar tak jatuh. 

- Yah layani aku dong Ririn … aku kan ingin kau melakukannya …
- Arrh!! – pekik Ririn, 

saat kupegang pergelangan tangannya, kuputar badannya menghadapku, yang dengan cepat menarik ke atas dasternya menutup muka dan menahan tangannya di atas. Kutarik kebawah dengan cepat celana dalamnya dan saat membungkuk segera kuraih bra yang menutup dada ranumnya. kulepaskan bra dan celana dalamnya, memperlihatkan tubuhnya yang ramping indah masa2 remajanya. wajahnya masih tertutup daster yang berusaha ditariknya keluar. Kubantu Ririn melepas dsternya, hingga terlihat sekarang ia menggigit bibir bawahnya sambil memelas wajahnya menatapku 

- Jangan mas .. ampun mas …
- Jadi kau tak mau melayaniku ? – kubiarkan diriku duduk di tempat tidur.
- Jangan melayani ini mas … nanti sakit mas …
- Tapi ada nikmatnya kan ? 

Ririn tak menjawab. Ia menutupi kedua buah dadanya dengan menyilangkan tangannya, menutup erat pangkal pahanya dengan merapatkan lututnya kesamping setengah ditekuk. Wao! terlihat indah nian dipandang bentuk dan pose yang dilakukan Ririn di depanku. 

- Ririn sayang, cobalah kau menikmatinya dengan hati terbuka, ikhlas.
- Engkau malah akan merasakan rasa nikmat yang beda dengan usaha penolakanmu. – rayuku 

Ririn diam saja. 

- Kalau mbak Peggy senang dengan pelayananmu padaku, tentunya sikap mbak Peggy akan baik kepadamu kan ?
- Kemarilah Ririn sayang – kataku perlahan sambil berdiri.
- Engkau cantik – kuarahkan mukaku ke wajahnya dan mulai mencium pipi, ke arah telinga terus ke leher.
- Engkau gadis sexy Ririn. kulitmu bagus – kuhisap bahunya, turun ke bawah ke depan. 

Mulai terasa pangkal buah dadanya mengeras, bergetar lembut saat tanganku mengajak pergelangan tangannya menjauhinya. Kubenamkan mulutku, menghisap dan mnggigit dada ranum kenyal, ketat milik Ririn.
Ririn diam saja, masih menggigit bibir bawahnya, mulai menunduk dengan mata terpejam, terkulai ke kanan.
Kupeluk tubuh rampingnya,
Kuremas kedua pantatnya,
Kulebarkan pahanya
Kulakukan remasan selama beberapa waktu sampai akhirnya kupeluk erat dan kubaringkan ke karpet bulu di kamar mbak Peggy ini. 

Masih terpejam mata Ririn, bibirnya setengah terbuka, kedua tangannya mendekap kepalaku.
Kutindih badannya, kubuka kakinya lebar2 dengan usaha kakiku, kugesekkan perlahan handuk yang melindungi pusakaku ke pangkal pahanya. Kakinya terbuka secara suka rela, tertekuk lututnya.
Nafasnya tersengal saat pusakaku yang mulai mengeras menekan pangkal pahanya.
Ririn meremas tangannya di kepalaku saat tubuhku mendorong maju mundur dan menekan ke bawah.
Merintih dan mengerang sambil menggoyangkan badannya mencari irama yang diinginkannya. 

Tak terasa lama kami saling memagut, menekan dan mendekap pasangannya masing, sampai mulai terasa hangat pusakaku menyentuh tubuhnya. Handukku telah terlepas.
Sedikit mengangkat panggul aku mengarahkan kepala pusakaku ketengah pangkal paha Ririn.
Ririn diam tak bereaksi menunggu saat2 itu tiba.
Kepalaku didekap erat sambil mengerang 

- ERrrgh!! 

Saat kepala pusakaku mulai menempati posisi yang pas pada milik Ririn.
Segera kudorong tubuhku sambil menekan membuatnya membuka mulut, tapi tak berusara.
Matanya terpejam dan terbuka sesaat, bergantian, seirama dengan goyangannya mengimbangi dorongan dan tekananku.
Beberapa waktu kemudian 

- AAARRRGH!! – pekiknya nyaring, pendek, dan terbuka lebar mata dan mulutnya 

Sambil berkelojotan, bergoyang dan bergetar semua tubuhnya menghimpit rapat pingggangku. Pahanya yang erat menjepitku sekarang diringi gemetar semua dadanya. 

Kemudian Ririn diam, memejamkan mata, masih berair ujung kelopak matanya, tapi sedikit tersenyum Ririn masih mengelus kepalaku. 

- Enak kan sayang ?? – bisikku di telinganya, tanpa menghentikan gerakanku. 

Masih dengan irama yang sama aku sekarang duduk berlutut dihadapnnya, membuka lebar kakinya dengan keuda tanganku di betisnya yang kuangkat ke atas. Tangannya sekarang mencengkeram kursi rias dan karpet bulu di salah satunya. Kepalanya masih terkulai ke kanan, mengangguk-angguk. sambil menekan bibir bawah ia mulai merintih lagi. 

Pintu kamar terbuka dari luar!! Kuangkat kepalaku dan mbak Peggy masuk. sambil menatap kami ia tersenyum kecil, meletakkan pantantnya di kasur, melepaskan sepatu tingginya.
DI pintu, masuk lagi seorang wanita tinggi, lebih muda dari mbak Peggy dengan kurus panjang wajahnya mirip gadis foto model. Bajunya yang terikat diujung bawahnya memperlihatkan branya yang gelap membungkus dadanya yang kencang. Rok jeans sepaha yang dikenakannya terlihat amat sangat sexy membungkus pahanya yang putih. 

Lalu masuk lagi seorang wanita pendek dengan tubuh yang sedikit lebih lebar dari mbak Peggy, tetapi memiliki buah dada yang teramat besar. Baju putihnya lurus membungkus menutupi bentuk tubuhnya yang sedikit lebar itu, tanpa dapat menyembunyikan besar dada di depannya. 

- Sayang, ini Desty dan yang baju putih ini Septi. – yang kemudian menyebutkan namaku kepada mereka
- Yang di bawah tu si Ririn, masih perawan dia tadi pagi. – senyumnya kepada temannya. 

Aku tidak menghentikan gerakanku, masih menikmati denyutan di dalam lubang Ririn yang sekarang ikut menoleh ke arah mereka. Bingung ia harus berbuat apa sementara tubuhku masih mendorong keluar masuk pusakaku ke dalam lubang miliknya. 

Mbak Peggy keluar kamar sambil menepuk pundak Desty 

- Ayolah kalo kau menginginkannya.
- Yuk Ndut, kita ke dapur dulu. – ajak Mbak Peggy ke arah Septi. 

Kulihat Desty mulai melepaskan perhiasannya, meletakkan dalam tasnya. Membuka kancing bra dan ikatan bajunya, meletakkannya di kursi rias sambil mendekat kearahku. Kulihat Jelas buah dadanya bagus menjulang, ujungnya runcing membuatku ingin menghisapnya. 

Sedikit membungkuk ia menurunkan rok jeans yang telah terbuka resletingnya. celana dalam coklat gelap dengan bordir indah menambah indah bentuk lekukan bawah pusar si Desty. 

- Mas – kata Desty perlahan sambil mendekatkan wajahnya menciumi punggungku yang masih bergoyang berirama. 

Desty merangkulku dari belakang, dan mengesekkan tubuhnya pada punggungku, kurasakan dadanya yang kenyal dan ketat itu menekan punggungku. Kemudian ia bangkit sedikit berdiri, menempelkan perutnya ke punggungku. Kurebahkan miring si Ririn di bawah, kakinya kanannya kusilangkan dengan kaki kirinya, pahanya sedikit merapat, pangkal pahanya seditkit lebih menjepit erat miliku. 

Ririn merintih, kali ini meremas karpet disebelahnya erat2, kemudian sambil merapatkan bibir ia mengejang. 

Tanganku yang memegang kakinya merasa getaran kejang2 cepat yang kemudian berhenti, tapi dengan otot2 tubuh yang masih mengejang. badannya setengah tertekuk ke samping, lubangnya terasa lebih sempit dari sebelummnya saat itu. 

Kemudian ia diam tak bergerak, dengan masih rebah miring dan kaki terangkat satu. Ia tak bergerak, diam lemas tapi masih mencengkeram karpet bulu. Dari tadi tubuhku tetap bergoyang dengan irama yang sama menekan ke depan dan ke bawah.Aku tidak melihat perlawanan lagi. Tapi lubang milik Ririn itu aku masih suka mengolahnya dengan pusakaku. Tidak sesempit sesaat tadi, tapi masih terasa menjepit dan berdenyut saat aku menghentikan sebentar gerakanku. 

Desty yang tanganya sudah gatal telah memulai meremas dadanya sendiri, menyaksikan kelojotan dan kejangan Ririn di hadapannya. Sambil meraih pergelangan tangan kiriku, ia menyodorkan kemaluannya, menempelkan tangannya di situ sambil menggesekan tubuhnya ke tanganku. Sedikit kujepit dengan ibu jari dan telunjukku, kubuat celana dalam Desty sedikit turun ke bawah. Dari samping kemudian merangkulku, duduk di paha kiriku, menghadapku. Membuka pahanya lebar2 dan membenamkan pangkalnya ke pahaku. Dicondongkannya tubuh bawahnya hingga lebih menempel, menggesekkan kemaluannya ke pahaku. Kemudian menggesek kedua dadanya di bahu kiriku, naik turun. 

Kulepaskan si Ririn yang terdiam di lantai, kuajak berdiri sebentar si Desty, kemudian mengajaknya duduk di kursi rias. Kutarik lepas celana dalamnya, tubuh Desty yang aduhai ini telah duduk di kursi rias dengan terbuka lebar pahanya. Segera kudorong bersandar ke meja rias, ia menopang sikunya. Pangkal pahanya dicondongkan ke arahku, memperlihatkan bentuk kemaluannya yang terselimut bulu tebal dari bawah pusar hingga sekeliling pangkal kakinya. kakinya dibuka sedemikian lebar hingga kedua tanganku dapat membuka belahan bawah Desty dan memijitnya perlahan. 

- UUUhhggghh – Mengecil mulut Desty ke depan, melenguh melepaskan nafas. 

Kumasukkan pusakaku ke dalam milik Desty, kulakukan gerakan maju mundur dengan irama perlahan. Terasa masih kering lubang Desty, sehingga masih terasa dinding pusakaku menggesek lubang Desty saat berusaha masuk. Desty tersenyum nakal. dan mulai menggoyangkan naik turun bawah perutnya, membuatku semakin bersemangat menekan tubuhnya. Kupercepat gerakanku. ku tak peduli jika aku mencapai puncakku sebentar lagi. Tapi herannya, perasaan rileks di kepalaku dan nafas teratur miliku seperti malah membuatku tidak sampai2 pada ujung nikmatku. Sudah tegang pusakaku bersama si Ririn, Sudah bergesekan di lubang sempit miliknya berulang kali. Kali ini dengan Desty, lubang keringnya yang menggigit dinding pusakaku, juga tak sanggup melepaskan energi yang kutunggu dari tadi. Heran juga ku sekilas. Tapi dorongan2 dan tekanan tajam, cepat dan berulang kepada Desty membuat lubangnya mulai basah juga.
Dengan cepat ia merangkul kepalaku, pahanya dengan sigap dan cepat merangkul pinggangku, sehingga membuatku bangkit, menggendongnya, dan mendorong lubang di bawah badannya dalam-dalam. 

- AArghhh!! nikmat mas … 

Badan Desty bergoyang dalam gendonganku. Kadang naik turun, kadang maju mundur, sambil terus menjepit kepalaku dengan tangan, dan pinggangku dengan kakinya. Kuajak ia berjalan keliling kamar mbak Peggy. Merintih si Desty bergoyang pantatnya terdorong pahaku yang melangkah maju bergantian. Semakin erat genggamn Desty, dan semakin memburur nafasnya. Kubuka handle pintu kamar mbak Peggy, kubuka pintunya, kuberjalan ke ruang tengah sambil menggendong Desty yang bergoyang goyang mencari kesenangannya. Kulihat Mbak Peggy di depan tv ruang tengah, melihat film porno asia, pemerkosaan gadis sekolah jepang di tv layar lebarnya. Kulihat mbak Peggy menatap layar sambil menerawang matanya. Pakainnya telah kebawah, tinggal bra di dadanya yang sedikit melorot juga, tanda kancing belakangnya telah terlepas. 

Kulihat kebawah, kaki mbak Peggy bergoyang-goyang mengapit kepala si Septi yang mengulum lekukan bawah tubuh mbak Peggy. Sambil bersandar dan melirik kami, mbak Peggy membenamkan kepala Septi dalam2. Mulut mbak Peggy terbuka, setengah bergoyang ia melambai kearahku. Mengajakku mendekat.
Desty yang kugendong tambah mempererat genggamannya saat kulewati tv itu, membuat Desty melihat dan mendengar jelas teriakan, erangan dan tangisan kears gadis sekolah yang terpampang di tv, dikerjai oleh si pria dewasa. Desty mempercepat ayunannya dan kulihat matanya melotot melihat tv, mempererat jepitannya, merintih-rintih kemudian 

- ARrrghhhh!! AAAHhHHHHHHhhhh … 

Badannya bergunjang dalam gendonganku, bergetar dan mengejang sesaat. Kemudian melapaskan tangan dan kakinya, hendak turun. Kubiarkan ia merosot ke bawah, ke lantai berselimut bulu tebal itu. Ia terbaring miring sambil tersenyum padaku. Mbak Peggy terpejam dan terbuka matanya bergantian, menikmati sapuan lidah dan hisapan si Septi yang setengah telanjang berbaring di bawah. Kutarik meja ke pinggir memperluas ruang tengah ini, kutarik kursi sofa kecil ke arah mereka berdua. Kuangkat gaun putih bagian bawah milik Septi. gaunnya di tengah tubuhnya sekarang bergantung, karena bagian atasnya sudah terlepas semua hingga pinggang. Tak kulihat celana dalam si Septi di badannya.
Coba kuangkat sedikit pahanya, mengajaknya bersandar telungkup di kursi yang kusiapkan. 

Masih melumat milik mbak Peggy, si Septi mulai melirik ke arahku. Kubuka sedikit pahanya, yang diteruskan dengan usahanya sendiri membuka lebar2 dan sedikit menungging bagian bawahnya. merangarahkannya kepadaku. Ah, segera kusiapkan pusakaku berganti lubang sekarang.
Kumasukan perlahan. sempit. Septi menjerit kecil dalam benaman pangkal paha mbak Peggy.
Perlahan kumasukan pusakaku yang basah ini memasuki lubang Septi. Wanita ini gemuk, sehingga membuat lubangnya sempit, atau ia jarang melalukan sehingga terasa sempit ?
Perlahan tapi pasti, pusakaku sudah di dalam lubang Septi. kukoyak kesamping, kedorong kedepan, kebenamkan dalam-dalam ke bawah, kugoyang kesegala arah. Aku senang dinding pusakaku terpijit denyutan ruang dalam Septi. 

- Ah!! pekiknya tertahan 

Lubang Septi, hampir sesempit lubang Ririn. Tapi kali ini ia memijit pusakaku di dalam, membuatnya berbeda dengan milik si Ririn. Kudorong terus si Septi, kuingin terus meraih sensasi di pijitan di ruang dalam miliknya. Tak beberapa lama, aku mulai gemetar, kupercepat gerakanku, kuperhatikan mbak Peggy yang terpejam matanya, terlentang lemas, Septi yang tidak mengulum kemaluan mbak Peggy, mulai terengah-engah, telungkup di kursi kecil. Badannya sedikit bergoyang sambil terus merapatkan pantatnya, berusaha keras menjepit pusakaku saat beraksi di lubangnya. Kurasakan si Septi ini yang paling lihai diantara mereka. 

Dengan meremas pantatnya, kubenamkan dalam2 pusakaku ke lubang Septi, menegang paha dan lututku, mengeluarkan cairan hangat yang kutunggu dari tadi. Kusampai puncak nikmatku dengan wanita sintal tapi lihai ini. Kulihat ia tersenyum menoleh kepadaku, terengah engah membiarkan lubangnya tersiram air hangat dari dalam tubuhku. 

Sesaat sambil meluruskan kaki, terduduk di bawah bersandar sofa, aku merasa ada yang aneh saat kuperhatikan pusakaku masih bediri tegak. Aku sudah yakin mencapai puncak nikmat saat bersama Septi tadi, tapi pusakaku belum bergerak melingkar lemas kebawah. Kupegang, masih tegang dan kencang. 

Kuteguk cangkir minuman disampingku, kurasakan hangat tehnya, sambil menutup mata dan menyandarkan kepalaku ke sofa aku beristirahat memejamkan mata. Setengah sadar aku merasakan beban berat mendidihhku, bersamaan terjepitnya pusakaku kedalam lubang bawah wanita. Kurasakan semua gerakan ayunan dan goyangan cepat berlangsung lama di atasku bersamaan dengan pekik panjang suara si Septi. Tak lama setelah mengangkat badannya, kembali aku tertindih berat tubuh wanita yang membenamkan pusakaku ke dalam liang lubang wanitanya. Kudengar suara mbak Peggy sekarang terengah dan menjerit terus menerus. Mulai kudengar pula suara Desty ikut tertawa perlahan dan bergantian menindih tubuhku sambil menggoyangkan pangkal pahanya mencari kenikmatan. Mereka terus melakukan secara bergantian. 

Akhirnya tak terdengar suara dan gerakan lagi …
Kubuka mataku dan melihat mereka bertiga tertidur di karpet, semua dengan telanjang bulat.
Kucoba bangkit, merasakan tenagaku mulai pulih, aku bergerak perlahan ke kamar mbak Peggy, sambil memperhatikan pusakaku yang masih terus berdiri tegak. Aku masih teringat Ririn, remaja belasan tahun yang masih sangat ingin kujamah dan mengolah tubuh molek kencangnya bersama lubang kenikmatannya yang sempit.

Source: http://www.hamsterhead.info/2011/10/cerita-seks-dengan-4-wanita-seksi.html#ixzz1y1J3N2KF

ML Dengan Cewek Jepang

Kisah ini terjadi beberapa bulan silam, saat kapal tempatku bekerja merapat di pelabuhan Yokohama, Jepang. Hari itu salju turun dengan derasnya, maklum saat itu pertengahan bulan desember. Setelah kapal kami selesai merapat didermaga dengan sempurnanya, Nakhoda saya, yang orang Jepang, mengajak saya jalan-jalan kerumahnya. Rumah Nakhoda saya itu tidak jauh dari areal pelabuhan Yokohama, kami cukup naik taksi sekitar 10 menit saja. Sesampai di rumahnya, saya diperkenalkan dengan istri dan anak-anaknya. Harus diakui bahwa anak perempuan sulung Nakhoda saya, memiliki kecantikan raut wajah yang betul-betul asli Jepang, dengan kulit yang kuning, mata sipit dan body yang aduhai. Saya begitu terkesima dengan kecantikannya, dan sempat berkhayal yang bukan-bukan. Kami saling berjabat tangan dan mengucapkan salam perkenalan.
aEsHi, nice to meet you,aEt kata anak Nakhoda saya itu.
aEsYou too,aEt jawabku.
aEsWhat is your name?aEt tanya gadis itu.
aEsIaE?m Robert, and you?,aEt jawabku sambil menanyakan namanya.
aEsMy name, Ayumi, aEt jawabnya.

Selanjutnya kami duduk di ruang tamu dan bercerita ngalor-ngidul, bersama-sama dengan ibu, ayahnya dan adik-adiknya. Saat kami bercerita, sesekali saya berusaha mencuri-curi pandang kearah Ayumi, terutama ke bagian pahanya yang putih mulus. Hal itu membuat penisku sering ereksi sendiri. Namun sejauh itu saya masih berusaha untuk dapat mengendalikan diri.

Setelah kurang lebih satu jam kami saling berbagi cerita, Nakhodaku mengatakan bahwa ia dan istrinya akan pergi ke rumah saudaranya yang sedang punya hajatan. Dan ia menyuruh saya untuk menunggunya di rumah saja, sampai dia kembali. Sebelum mereka pergi Nakhoda saya berbicara sebentar kepada Ayumi. Memang mereka berbicara dalam bahasa Jepang, namun sedikit-sedikit saya bisa mengerti artinya, yaitu ia menyuruh Ayumi untuk tinggal menemani saya dan menyiapkan makan untuk saya.
aEsRobert-san, kamu tinggal saja dan silahkan istirahat,aEt kata Nakhoda saya dalam bahasa Indonesia.
aEsYes, Captain,aEt jawabku.
aEsRobert-san, Jangan malu-malu kalau mau makan, Ayumi akan siapkan makanannya,aEt katanya lagi kepadaku dan Ayumi.

Setelah mereka pergi, saya duduk-duduk saja di ruang tamu sambil menonton televisi. Suasana rumah itu begitu sepi, karena nakhoda saya pergi bersama istri dan adik-adik Ayumi. Sedang asyik-asyiknya nonton, tiba-tiba Ayumi datang, kali ini dia sudah mengenakan Kimono, kamipun bercerita sambil nonton televisi. Dari penuturannya, saya tahu kalau Ayumi ini baru berusia 17 tahun dan duduk di SMU kelas dua. Pantas ia begitu kelihatan remaja dan cantik. Kami duduk tidak terlalu berjauhan, dan karena itu saya dapat sesekali mencuri pandang ke arah dua bukit kembarnya yang cukup kelihatan di balik kimono yang ia pakai.

Kelihatannya udara yang dingin membuatku sedikit menggigil, kucoba memegang tangannya dan ia tidak menolak.
aEsAyumi-san, are you cold? aEt tanyaku
aEsYes, IaE?m very cold, aEt jawabnya
Saya memberanikan diri untuk memeluknya, ternyata ia tidak menolak bahkan semakin merapatkan badannya kedadaku. Tanganku gemetaran saat bersentuhan dengan buah dadanya yang mulai membesar seiring usianya. Entah setan apa yang merasukiku, perlahan-lahan saya mengangkat dagunya dan menciumnya. Ayumi pasrah dan membalas ciumanku. Kami berciuman cukup lama dan saling memagut bibir dengan gairah nafsu yang sama membaranya.
aEsRobert-san, you are very handsomeaEt, Ayumi berkata, disela-sela kami berciuman.
aEsSame Ayumi-san, you are very beautiful, aEt kataku membalas.

Tanpa terasa tanganku mulai bergerak kearah payudaranya, dan mulai membelai dan sesekali meremasnya.
aEsOh.. hsst, hsst, Robert-san, please,aEt Ayumi mendesah dengan nikmatnya.
Pelan-pelan kubuka kimono yang menutup tubuhnya, ternyata dibalik kimononya ia tidak memakai pakaian dalam sehingga tubuhnya yang mulus segera saja terpampang jelas di mataku. Pentil susunya yang kemerah-merahan bertengger dengan indahnya diatas dua bukit kembarnya yang membusung indah. Betul-betul bagaikan puncak gunung Fujiyama, yang memang kelihatan jelas dari jendela rumahnya. Tanpa menunggu lama, kubopong dia ke atas sofa yang ada diruang tamu itu. Kembali kulumat bibirnya yang kecil memerah, sambil tanganku membelai lembut bukit kembarnya. Rupanya Ayumi juga tidak mau ketinggalan, ia membuka kancing-kancing bajuku dan melepas ikat pinggang celanaku. Tangannya dimasukkan ke dalam celanaku dan mulai meremas-remas batang kemaluanku. Akibat perbuatan Ayumi itu, kemaluanku semakin tegang, dan membuat mata saya juga meram-melek kenikmatan.

Setelah kurasa cukup melumat bibirnya, kini bibirku mulai kuturunkan kearah pentil susunya, dan mulai menjilatinya pelan-pelan.
aEsOh my god, Robert-san, please, please touch me, suck it,aEt Ayumi terus meracau tak keruan.
aEsDonaE?t worry, honey. I will to do,aEt kataku sambil terus menjilati pentil susunya. Sementara itu tanganku terus bermain-main diselangkangnya dan mengusap serta membelai lembut goa yang ada disela-sela momo-nya (BHs. Jepang = Paha). Jari jemariku terkadang lembut memasuki liang vaginanya dan terasa ada cairan hangat disitu. Menyadari hal ini saya segera berjongkok didepan sofa dan pahanya Ayumi kurentangkan lebar-lebar. Segera saja kujilati vaginanya dengan penuh nafsu.

aEsAuh.. hmm.. hst.. Robert-san o kudasai,aEt Ayumi kembali meracau dalam bahasa Jepang.
Saya berusaha membuat suasana serileks mungkin, dengan terlebih dahulu mengecup liang vaginanya dan menghirup aroma khas perempuan yang begitu mempesona. Mungkin inilah aroma sejati sashimi dan sushi, pikirku dalam hati. Lidahku bermain liar di liang vaginanya dan sesekali kuhisap lembut klitorisnya yang bagaikan buah cherry terselip di sela-sela daun. Saking enaknya, tanpa sadar Ayumi menjambak-jambak rambutku.
aEsOh.. uh.. mmh..aEt desah Ayumi keenakan.

Sluph.. clep.. clup.. lidahku berdecak berirama menghirup semua cairan hangat yang terus membanjiri liang vaginanya Ayumi. Rupanya Ayumi tak mau terus menerus kupermainkan, dia segera beranjak dan sekarang gantian saya yang duduk bersandar di sofa. Sekejap Ayumi memperhatikan batang kemaluanku kelihatan begitu tegang menantang.
aEsOh Robert-san, it is very nice and very big, like is the Yokohama Tower,aEt katanya terkagum-kagum sambil memegang dan mengocok-ngocok batang penisku. Sementara itu batang penisku semakin menegang dan kepalanya semakin merah kehitam-hitaman mengkilat.
aEsYes, honey. But it is not Yokohama Tower, it is Monas Tower,aEt balasku sambil tertawa geli dalam hati.

Tidak puas hanya memandang dan mengocok-ngocok batang penisku, kini Ayumi mulai menjilati dan mengulumnya. Lidahnya bermain lincah di pangkal dan kepala penisku, yang membuatku menggelinyang kegelian. Nafsuku semakin membuncah, akibat batang penisku yang terus-terusan dikulum dan disedot.
aEsUmm.. esht.. oh honey.. oh god,aEt kataku keenakkan.
aEsClup.. clep.. srlup.. setiap hisapan mulut Ayumi menimbulkan bunyi yang tak lagi berirama dan menghadirkan sensasi gairah tersendiri ditelingaku.

Sementara itu, jari-jariku terus bermain diliang vaginanya. Kumasuk keluarkan jari-jariku, sambil sesekali melakukan gerakan-gerakan membentuk oval mengikuti lekuk bentuk liang vaginanya. Cairan hangat yang semakin banyak keluar dari liang vagina, telah membasahi semua telapak tanganku.
aEsOh, honey. Please ***** me,aEt Ayumi yang sudah tidak dapat menahan gejolak nafsunya bangkit dari posisi jongkok dan naik keatas pangkuanku. Dipegangnya batang penisku dan pelan-pelan memasukkannya keliang vaginanya.
aEsOh honey, it is very big, but I like it,aEt Ayumi berkata sambil berusaha menekan pantatnya ke bawah untuk memasukkan batang kemaluanku.

Bless.. plok.. semua batang penisku telah masuk ke dalam liang vaginanya Ayumi. Terasa kehangatan menjalari setiap pori-pori yang ada di batang kemaluanku. Selanjutnya dia mulai menggenjot-genjot, menaik-turunkan pantatnya yang putih mulus dan melakukan gerakan-gerakan berputar yang berirama.
aEsOuhk.. uhs.. yes.. oh yes..aEt Ayumi mengerang-ngerang kenikmatan.
aEsOh honey, yes.. oh yes..aEt akupun tak kalah nikmatnya.
Beberapa saat sempat kuperhatikan sisa-sisa batang kemaluanku yang berada di luar liang vaginanya Ayumi, kelihatannya begitu perkasa bagaikan pohon yang berusaha menembus awan. Vaginanya Ayumi kelihatan begitu indah, berwarna kemerah-merahan.

Posisi Ayumi sekarang berganti, ia mengambil posisi menungging membelakangi saya. Inilah posisi Doggy style, yang memang saya gemari. Dalam posisi doggy style itu, saya bebas memandang vaginanya Ayumi yang begitu menantang untuk segera kususupi batang kemaluanku.
aEsUps.. aukh.. yes honey, yes..aEt Ayumi mendesah-desah tak beraturan saat kumasuk-keluarkan batang kemaluanku di vaginanya.
aEsOh.. usmh.. hah.. hah..aEt nafasku menderu-deru menikmati permainan ini.
Selang tiga menit kemudian rupanya Ayumi yang sudah semakin tak kuat menahan gairahnya berbalik dan mengambil posisi terlentang di sofa.
aEsPlease honey, please come in, kudasai,aEt Ayumi berkata dalam bahasa Inggris dan Jepang memintaku segera melakukan permainan puncak.
aEsOkay honey, okay,aEt kataku sambil mengambil posisi dan mengarahkan penisku tepat ke lubang vaginanya.

aEsUckh.. uhst.. yes honey,aEt Ayumi mendesah saat kumasukkan penisku ke vaginanya.
Terasa sedikit sempit, namun penisku lancar saja memasukinya karena vaginanya sudah begitu basah. Selanjutnya, segera saja saya mulai dengan permainan puncak ini. Penisku kumasuk-keluarkan dengan irama yang teratur. Clep.. clup.. cres.. terdengar bunyi yang begitu menggairahkan saat penisku mulai beraksi. Ayumi rupanya tak mau ketinggalan, ia segera saja mengimbanginya dengan menggoyang dan memutar-mutar pinggulnya.
aEsoh, honey. I love you, honey. Uh.. shh..,aEt Ayumi kembali mendesah-desah kenikmatan.
aEsYes honey, I love you too,aEt jawabku tak kalah nikmatnya.
aEsUmp.. hssh.. ouhk.. oh yes,aEt Ayumi mendesah-desah semakin tak karuan.
aEsUsh.. ahh.. ohh..,aEt sayapun mendesah-desah merasakan kenikmatan yang indah ini.

Kami menikmati permainan puncak ini dengan segenap perasaan, sambil sesekali bercakap-cakap. Beberapa saat kemudian rupanya Ayumi sudah tidak lagi kuat menahan gairah nafsunya, tangannya dengan kuat mencengkram bahuku dan pinggulnya digoyang-goyang semakin cepat.
aEsOh honey, IaE?m coming. IaE?m coming, oh.. ah..,aEt Ayumi mendesah semakin tak keruan.
aEsOh yes, honey. Yes. IaE?m coming too,aEt kataku yang juga sudah tak kuat menahan desakan-desakan nafsuku.
Gerakan maju mundur segera saja kupercepat dan Ayumi-pun semakin cepat menggoyang dan memutar-mutar pinggulnya. Beberapa saat kemudian kamipun mencapai puncak Fujiyama bersama-sama.
aEsOh honey, oh.. uah.. umph..,aEt desah panjang Ayumi saat mencapai puncak kenikmatan.
aEsUhmp.. uhss.. ouhk..,aEt desahku saat cairan lahar panas tumpah keluar dari lubang penisku dan membanjiri vaginanya Ayumi.

Ayumi memeluk erat tubuhku, seakan-akan tidak ingin melepas lagi. Jari-jari tangannya mencengkram erat punggungku, kedua kakinya melipat dan menekan pantatku. Sementara itu, saya sendiri memeluk tubuhnya dengan erat dan melumat habis bibirnya.

Kenikmatan terindah ditengah derasnya salju bulan Desember yang begitu berkesan. Sejak saat itu, setiap kali kapal saya bersandar di pelabuhan Yokohama Jepang, saya dan Ayumi selalu merengkuh kenikmatan bersama, terkadang di rumahnya atau di hotel

Cerita Seks Bugil Bercinta Dengan Gadis Bule


Cerita Seks Bugil Kejadian ini benar-benar terjadi, di mana saya mendapatkan suatu pengalaman bercinta dengan seorang gadis bule. Memang dalam hal bercinta saya sering melakukannya, tapi bercinta dengan orang asing adalah suatu pengalaman baru bagi saya. Di mana saya yang baru saja pindah dari negara tercinta, Indonesia ke negara Paman Sam, yang di kenal dengan segala macam kebebasan. Saya tinggal di suatu kota yang kecil, yang populasi penduduknya tidak sebesar Jakarta, kalau saya bandingkan sama saja dengan daerah sukabumi.

Dua bulan sudah saya menetap, akhirnya saya mendapatkan suatu pekerjaan, sebenarnya saya ke sini untuk sekolah, tapi apa boleh buat saya harus membayar uang sekolah itu dengan biaya sendiri, memang saya hidup dengan orang tua di sini tapi biarpun begitu saya juga harus bayar segala macam yang saya gunakan di rumah. Dua minggu sudah saya bekerja di perusahaan laundry, dengan gaji yang cukup lumayan, siang itu terasa panas sekali, siang itu saya sedang tidak mood untuk bekerja, tetapi tiba-tiba bos saya datang kepada saya, "Hey, could you help me, tell her, what she had to do".
"Ok", saya tertegun melihat seorang gadis kulit putih dengan wajah yang cantik, manis, tubuh yang mantap, buah dada yang menantang. Lamunanku buyar setelah dia memperkenalkan diri, "Hi, my name Erika"
"Oh, you can call me Tha", memang saya biasa memperkenalkan diri dengan nama singkat saya, karena kalau saya perkenalkan nama lengkap saya orang sini bingung untuk melafalkannya.

Akhirnya saya tunjukkan pekerjaan apa yang harus dia kerjakan, sambil mencuri-curi saya pandangi buah dadanya, terkadang kalau dia bingung saya ajarkan sambil memegang tangannya. Hari berlalu, sebelum pulang saya ajak Ericka ngobrol, ya macam-macam lah, dia sebelumnya bilang kalau dia itu tidak mahir berbahasa Inggris, lalu dia memberitahuku kalau dia keturunan Puerto Rico. Ya, memang agak susah ngobrol dengannya. Dengan nada bahasa yang sedikit aneh di telinga, akhirnya saya menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang, dia setuju, lumayan jauh jarak rumahku dengan rumahnya, begitu sampai di rumahnya saya di persilakan masuk, ternyata dia tinggal di sebuah apartmen kecil, dengan ruangan yang kecil, sempit tapi tertata rapi. Dia hidup seorang diri, saya duduk di sofa yang di depannya ada sebuah monitor TV ukuran 20".
"Tha, anggap saja seperti rumahmu sendiri, ambil aja minuman yang kamu mau".
"Baik deh", dia melangkah ke kamar mandi sementara saya mengikutinya dari belakang untuk mengambil 2 kaleng minuman. Dia masuk ke kamar mandi saya terus menuju ke belakang, begitu saya ingin kembali ke ruang depan saya melewati kamar mandi yang pintunya tidak tertutup rapat, saya lihat Ericka sedang ganti pakaian, betapa indahnya tubuhnya ketika melepas celana jeansnya dan menggantinya dengan celana pendek boxer. Lalu dia membuka BH-nya, terlihat jelas gundukan buah dada yang lumayan besar dengan puting yang berwarna merah kecoklatan, birahiku sudah naik dari tadi, penisku mengeras di balik celana, tiba-tiba dia melirik ke arah pintu dan saya langsung jalan bergegas ke ruang depan dengan rasa cemas takut kalau dia marah.

Aku kembali duduk sambil menenangkan diri, dia datang dengan senyuman yang lebar, terlihat jelas puting susunya dari balik kaos ketat berwarna putih itu.
"Tha, lagi ngelamun ya?", tanyanya.
"Ah, enggak", jawabku sambil mengarahkan pandangan mataku ke arah TV.
"Such a lie, you were see me naked aren, t you?", aku tidak menjawabnya hanya senyum kecil yang keluar dari mulutku.
"Tha, jangan berbohong deh, kamu lagi ngelamunin gue kan", kaget saya dia berkata begitu, teringat saya pada pacarku di Jakarta di mana kita sering melakukan hubungan intim, saya alihkan pembicaraannya.
Saya tanya, "Sekarang usiamu berapa?".
"20 tahun", wah sama nih dalam hatiku, saya bertanya tentang kehidupannya, dia cerita bahwa dia itu lari dari orang tuanya yang ingin mengawininya dengan anak relasi orang tuanya, padahal dia sudah mempunyai pacar, tapi dia mengambil keputusan untuk lari dan melepas semuanya, dengan di bantu temannya semasa kecil dulu, dia mencoba bangkit dari penderitaan yang dialaminya, tidak sedikit penderitaannya, dia juga pernah hampir diperkosa oleh teman-teman tempatnya bekerja dulu, tapi untungnya keperawanannya tidak hilang karena polisi segera datang setelah ia berteriak.

Tetesan air matanya mengalir, saya hapus air mata di pipinya, lalu saya belai rambutnya, dia terdiam dengan mata terpejam, dalam hati saya berkata kok baru kenal begini, dia sudah cerita macam-macam, akankah akan berakhir dengan making love, tanyaku dalam hati
"Tha", suaranya yang lirih memanggil namaku, memecah keheningan.
"Ya", balasku mesra.
"Eh, temenin gue dong malam ini?", saya makin bingung, pikiranku tidak menentu, teringat paras wajah pacarku, akankah saya menghianatinya?, tanyaku dalam hati.
Serasa di bius saya menyanggupinya, saya ambil gagang telepon, saya beritahu kalau saya menginap di rumah teman. Lalu dia bangkit dari duduknya menuju ke kamarnya, ditariknya tanganku, dia memintaku memakai celana pendeknya dan juga kaosnya. Lalu dia keluar dari kamarnya, setelah mengganti baju kuhampiri dia yang terbaring di sofa, saya duduk di bawah samping sofa, saya belai rambutnya yang pirang, dia memejamkan mata, saya kecup keningnya. "Tha, Cium aku", desahnya. Saya kecup bibirnya yang mungil, bibir kami saling berpagutan, tangan kananku memeluk tubuhnya dari samping, terasa hangat buah dada yang menempel di dadaku, aku turunkan ciumanku ke arah lehernya lalu ke buah dadaya, matanya terus terpejam ketika tangan kananku meremas buah dadanya sebelah kiri, sementara bibirku bermain di buah dadanya yang sebelah kanan yang masih terhalang kaosnya.

Lalu aku bangkit dan duduk di sampingnya yang masih di atas sofa, aku bangkitkan badannya, kubuka kaosnya dan kurebahkan kembali, terlihat buah dada yang sudah mengeras, kembali kumainkan tanganku dan mulutku mencium bibirnya, dengan posisiku yang agak membungkuk tangan kananku meraba perutnya lalu turun terus hingga akhirnya masuk ke dalam celana dalamnya. Saya raba dengan halus bulu-bulu kemaluannya, saya turunkan tangan kananku menuju liang vaginanya. Ketika saya raba clitorisnya dia mendekapku dengan erat, saya mainkan jari saya di clitorisnya, desahan dan erangannya menghebat, lalu kucoba memasukkan jariku ke dalam liang vaginanya, sempit sekali dan becek, kutarik tanganku dan kulepaskan ciumanku seraya itu aku bertanya, "Ericka kamu masih perawan?".
"Yeah, tapi jangan khawatir, keperawananku akan kupersembahkan kepadamu", sambil kembali mendaratkan ciumannya ke bibirku, dalam hatiku baru pertama kali begini di sini dapat yang perawan.

Permainan jariku di dalam liang vaginanya membuatnya semakin liar, tangan kirinya kini mencoba meraih penisku yang sudah dari tadi minta di pegang. Kemudian dia bangkit melepas celananya dan melepas seluruh pakaianku. Kini kita sudah tidak terbungkus sehelai benangpun, aku rebahkan diriku di lantai yang beralaskan karpet, terlihat penisku menegang, di raihnya penisku di jilatinya, pertama hanya kepalanya lalu dia masukan penisku ke dalam mulutnya, hanya setengah yang bisa masuk ke dalam mulutnya, tapi biar begitu aku sangat menikmatinya, kuraih bongkahan pantatnya, kini liang vaginanya tepat berada di depan mukaku, kujilati liang vaginanya, terus kukulum daging kecil berwarna merah yang menyempil keluar kujilati terus, sampai pada akhirnya dia mengerang hebat, hisapan terhadap penisku semakin erat, buah dadanya mengeras, tubuhnya tegang aku tahu kalau dia itu ingin orgasme, terus kujilati sampai akhirnya dia teriak kecil dengan nafas yang terengah-engah, kuhisap semua cairan yang keluar dari liang vaginanya sebagian menetes di pipiku.

Dia terlihat lelah lalu merebahkan diri di sampingku, kubiarkan dia mengatur nafasnya, kusodorkan soft drink ke arah mulutnya.
"Capek", tanyaku.
"Belum, terusin aja Tha", jawabnya.
Lalu aku naik ke atas tubuhnya, kucium bibirnya sambil mengarahkan penisku ke liang vaginanya, kugesekkan penisku lalu kudorong pelan, dia mengerang kesakitan, kutahan posisi penisku lalu kucoba perlahan-lahan mendorongnya, erangannya sudah tidak kupedulikan lagi sampai pada akhirnya batang penisku masuk semua, sengaja kudiamkan sebentar penisku yang sudah masuk seluruhnya, lalu kucoba menariknya dan mendorongnya, erangannya terus terdengar selama dua menit, lalu berubah menjadi desahan-desahan yang di bisikkan di telingaku, aku tak hanya terdiam sambil terus menaik-turunkan pantatku, kucium bibirnya, kerasnya lantai membuat kami tidak nyaman, lalu kugendong dia tanpa melepaskan penisku menuju kamarnya. Dia terus menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan, nikmat sekali dalam hatiku lama juga aku tidak merasakan seperti ini, kurebahkan tubuh kami di atas kasur, lalu kami merubah posisi kini aku berada di bawah, kini dia menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan, lalu dia mengerang kembali dengan hebat, dia kembali orgasme, kurasakan penisku di pijat lembut di dalam vaginanya.

Kembali aku naik ke atas tubuhnya yang sudah kelelahan, kembali kuayun pantatku, aku merasakan badannya kembali menegang, begitu juga tubuhku, kontraksi antara vaginanya dengan penisku semakin nikmat saja, akhirnya kami berdua mencapai puncak orgasme.
"Thaa oh.., aahh", desahnya tertahan.
"Aku nggak kuat lagi, mau keluar", kami berdua keluar bersamaan, kutekan lebih dalam lagi, nikmat sekali rasanya.
Ketika aku ingin mencabut penisku dia menahannya sambil berkata, "Terima kasih Tha, kamu sungguh luar biasa".
"Kamu juga hebat".

Akhirnya penisku tetap tertanam di dalam liang vaginanya sampai pagi, pagi harinya aku bangun, penisku juga bangun, lalu kami bercinta lagi, hari itu kami tidak berangkat kerja, tapi kami tetap "bekerja" sampai sore.
Sampai sekarang kami tetap berhubungan, dia juga tahu tentang pacarku, tapi dia tidak peduli akan hal tersebut, yang kita pikirkan saat ini hanyalah kenikmatan semata.